SunanGunung Jati Banyak kisah tak masuk akal yang dikaitkan dengan Sunan Gunung Jati. Diantaranya adalah bahwa ia pernah mengalami perjalanan spiritual seperti Isra' Mi'raj, lalu bertemu Rasulullah SAW, bertemu Nabi Khidir, dan menerima wasiat Nabi Sulaeman. Semua itu hanya mengisyaratkan kekaguman masyarakat masa itu pada Sunan Gunung Jati. · Meskipun tempatnya sangat jauh, ia tetap bersemangat untuk berguru kepada Nabi Khidir.Ia segera mencari Nabi Khidir karena ingin mendapatkan nugra- ha jati 'anugerah yang hakiki'.. Sunan Gunung Jati mendengar kabar bahwa Nabi Khidir berada di Bural Akbar, yakni berada di tanah Lutnat Agaib. Sampaiakhirnya Nabi Khidir mengangkat Sunan Gunung Jati sebagai Wali Kutub. Dalam khazanah dan tradisi tasawuf istilah wali Qutub sangtalah terkenal. Baca Juga: INILAH SUMUR PITU Sunan Gunung Jati dan Pangeran Cakrabuana Dipercaya Memiliki Banyak Khasiat. Jika di Indonesia sendiri istilah ini sering melekat dalam tradisi masyarakat Nahdliyin. padavideo kali ini akan membahas tentang Kisah Perjalanan spiritual Kewalian Syekh Syarif Maulana Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati Bertemu Naga dari Nera . Rabu, 27 Maret 2019 Kisah perjumpaan Sunan Gunung Jati dengan Nabi Khidir dikisahkan dalam Naskah Mertasinga tepatnya pada pupuh .12, pertemuan keduanya terjadi selepas Sunan Gunung Jati merasa putus asa karena dalam perjalanan spiritualnya tidak juga kunjung menjumpai Nabi Muhamad. Dalam kisah sebelumnya dikisahkan bahwa selepas Sunan Gunung Jati mempelajari kitab yang membahas rupa dan watak Nabi Muhamad yang tersimpan dalam perpustakaan Istana kerajaan ayahnya, ia menjelma menjadi seorang pemuda yang aneh, sebab selepas ia membaca kitab itu kuat hatinya ingin berjumpa dengan Nabi Muhamad. Meskipun ibu dan kerabatnya telah mengingatkannya bahwa Nabi Muhamad telah lama wafat, Sunan Gunung Jati muda itu tetep kekeh ingin berjumpa dengan Sang Nabi. Keinginan Sunan Gunung Jati untuk menjumpai Nabinya yang telah lama wafat itu kemudian mengantarkannya untuk melakukan pengembaraan Spiritual, ia berkeliling dari satu tempat ke tempat lain di Timur Tengah demi berjumpa dengan Nabinya. Namun, selepas 100 hari perjalanan, ia rupanya tak kunjung menemui Nabi yang dicari, hingga akhirnya dalam tengah perjalanan, tiba-tiba keanehan menerpa jiwanya. Ia diperlihatkan alam nyawa, dimana dalam alam itu ia diperlihatkan orang-orang yang wafat karena Syahid memperjuangkan agama Allah. Belum juga habis rasa herannya dalam memandangi alam nyawa itu, rupanya Sunan Gunung Jati didatangi oleh seorang gagah lagi harum baunya, orang tersebut mendatangi Sunan Gunung Jati dengan mengendarai Kuda Sembrani. Orang itu kemudian memperkenalkan dirinya, ia mengaku sebagai Nabi Khidir yang akan mengangkat Sunan Gunung Jati sebagai Wali Kutub. Tapi sebelum pengangkatan itu, Nabi Khidir memerintahkan Sunan Gunung Jati untuk memakan buah hijau yang dipetik dari Syurga. Maka selepas memakan buah itu resmilah Sunan Gunung Jati menjadi salah satu Walilullah dimuka Bumi. Selain mengabarkan anugerah kewalian pada Sunan Gunung Jati, Nabi Khidir juga memberikan kabar baik lainnya kepada Sunan Gunung Jati, ia mengabarkan bahwa keinginan Sunan Gunung Jati untuk bertemu dengan Nabi Muhamad akan dapat terlaksana. Baca Juga Kisah Perjumpaan Sunan Gunung Jati Dengan Nabi Muhamad PORTAL MAJALENGKA- Inilah kisah perjalanan spiritual Sunan Gunung Jati sebelum menjadi Sultan di Kesultanan Cirebon. Dimana Sunan Gunung bertemu Nabi Khidir saat perjalanan menuju Cirebon dan ia diberi amanah untuk menjadi Wali Portal Majalengka akan memberikan kisah keberhasilan Sunan Gunung Jati bertemu dengan Nabi Khidir dan Kesuksesan dalam memimpin kesultanan Cirebon dari Naskah Mertasinga. Baca Juga INILAH SUMUR PITU Sunan Gunung Jati dan Pangeran Cakrabuana Dipercaya Memiliki Banyak Khasiat Dalam kedudukannya sebagai penguasa Cirebon, Sunan Gunung Jati dengan nama Syarif Hidayatullah bergelar Susuhunan Cirebon atau Susuhunan Jati atau Sinuhun Purba. Ia bersemayam di Keraton Pakungwati yang dibangun oleh Pangeran Cakrabuana. Penobatan Syarif Hidayatullah didukung pula oleh para kepala wilayah pesisir utara dan dikukuhkan oleh dewan wali yang dipimpin oleh Sunan Ampel. Baca Juga Pemberontakan Ki Kebo Kenongo dibantu Syekh Siti Jenar Terhadap Demak Bintoro, Sunan Gunung Jati Turun Tangan Para wali menetapkan Susuhunan Jati Susuhunan Cirebon sebagai Panetep Panatagama Rasul rat Sundabhumi. Jakarta Sunan Gunung Jati merupakan salah satu tokoh besar di Indonesia yang menyebarkan ajaran Islam di wilayah Jawa bagian barat. Berbagai misteri kesaktian Sunan Gunung Jati menyeruak di kalangan para pengikutnya. Salah satu karomah beliau diantaranya diceritakan dalam Babad Tanah Sunda dan Babad Cirebon. Dalam buku itu diceritakan bahwa Sunan Gunung Jati pernah berjalan diatas laut saat pergi dari Mesir menuju Tanah Jawa. 6 Kuliner Ramadan Khas Madura, Cocok untuk Buka Puasa Sambut Ramadhan 2023, Persiapan hingga Fase yang Dilalui Umat Muslim Sahur tapi Belum Mandi Junub hingga Lewat Imsak, Apakah Puasanya Sah? Ada pula naskah yang menceritakan bahwa ia pernah mengalami perjalanan spiritual seperti Isra' Mi'raj, bertemu Nabi Khidir, dan menerima wasiat Nabi Sulaiman. Selain itu, ada beberapa karomah Sunan Gunung Jati selama hidupnya yang juga fenomenal, apa saja? Berikut ulasan enam peristiwa fenomenal beliau semasa hidupnya Hilangnya Istana Pakuan Kalai itu, Kerajaan Galuh Pakuan, ibu kota Kerajaan Sunda kalah usai diserang pasukan Demak bimbingan Sunan Gunung Jati 1568. Peristiwa terjadi setahun sebelum Sunan Gunung Jati wafat di usia 120 tahun. Dalam perundingan dengan para pembesar Istana Galuh Pakuan, Syarif Hidayatullah memberikan dua opsi. Pertama, para pembesar Istana Pakuan yang bersedia masuk Islam akan dijaga kedudukan dan dipersilakan tetap tinggal di keraton. Kedua, bagi yang tidak bersedia maka harus keluar dan diberikan tempat di pedalaman Banten wilayah Cibeo sekarang. Sebagian besar para pangeran dan putri-putri raja menerima opsi pertama. Sedangkan pasukan kawal istana dan panglimanya sebanyak 40 orang memilih opsi kedua. Mereka inilah cikal bakal penduduk Baduy yang hingga kini terus melestarikannya pemukimannya dengan membatasi hanya 40 kepala keluarga saja. Sementara para Pendeta Sunda Wiwitan menolak opsi pertama dan kedua. Mereka ingin tetap memeluk agama Sunda Wiwitan aliran Hindu di wilayah Pakuan tetapi tetap bermukim di dalam wilayah Istana Pakuan. Dengan karomahnya, Sunan Gunung Jati lalu memindahkan Istana Galuh Pakuan ke alam gaib sehingga para Pendeta Wiwitan tidak lagi berada di Istana tersebut. Saksikan video pilihan berikut iniRatusan ribu tiket kereta api tambahan disiapkan untuk mudik lebaran 2023Konon, saat Syarif Hidayatullah muda hendak menunaikan rukun Islam kelima ke Baitullah. Ia dibekali ibunya uang seratus dirham. Di tengah perjalanan, ia dihadang kompotan perampok dan memberikan semua uang pemberian ibunya itu. Namun para penyamun tidak puas dengan tindakan Syarif Hidayatullah, karena menyangka bahwa ia membawa uang lebih. Mereka lalu terus memaksanya. Syarif Hidayatullah malah tersenyum melihat ulah para perampok dan menyuruh mereka melihat ke sebuah pohon. “Ini ada satu lagi, sebuah pohon dari emas, bagilah di antara kawan-kawanmu”. Ajaib, ternyata pohon yang ditunjuknya berubah menjadi emas. Mereka pun akhirnya masuk Islam dan menjadi murid Syarif Hidayatullah. Keluarkan Tikus Dari Surban Untuk Serang Musuh Dalam Serat Walisanga dengan langgam durma diceritakan, salah satu karomah Sunan yakni saat peperangan antara pasukan Demak dengan para tentara Majapahit. Dalam peristiwa itu, Syarif Hidayatullah mengeluarkan surbannya dan mengibaskannya. Ajaib, ribuan bala tentara tikus muncul menyerang bala tentara Majapahit hingga lari tunggang langgang. Hilangkan Bala Tentara Pangeran Kuningan Dalam Babad Tanah Sunda dan Babad Cirebon dikisahkan bahwa suatu saat Syarif Hidayatullah bertanya kepada Pangeran Kuningan tentang cara meng-Islamkan raja-raja Pasundan. Pangeran Kuningan menjawab bahwa dirinya dapat mendatangkan bala tentara dengan cara mengumpulkan kerikil dan jamur merang yang ditetesi dengan jimat cupu tirta bala. Usai ditetesi, tetiba muncul bala tentara hingga memenuhi alun-alun Cirebon. Peristiwa ini menimbulkan kehebohan warga Cirebon sehingga Syarif Hidayatullah membacakan doa tolak bala. Tatkala usai ia berdoa, maka bala tentara Pangeran Kuningan itu seketika hilang. Tebakan Dalam Perut Putri Ong Tien Sunan Gunung Jati pernah pergi ke Cina guna menyebarkan Islam di wilayah yang bernama Nan King 1479 sambil membuka pengobatan ala tabib. Setiap yang datang berobat diajarinya berwudu dan diajak salat. Konon, banyak rakyat yang berhasil disembuhkannya sehingga namanya kian terkenal hingga Kaisar Hong Gie dari Dinasti Ming. Kaisar Hong Gie lalu mengundang Syarif ke istana untuk diuji kemampuannya dan meminta agar putrinya Lie Ong Tien seolah-olah hamil dengan meletakan baskom di perutnya. Lalu dia duduk berdampingan dengan saudarinya yang memang sedang hamil tiga bulan. Sunan Gunung Jati lalu disuruh menebak siapa yang sedang hamil. Tak ragu beliau menunjuk Ong Tien. Jelas saja Sang Kaisar tertawa terkekeh dan mencemoohnya. Sang Kaisar kemudian mengusirnya pulang ke Cirebon. Namun tiba-tiba, diketahui ternyata Ong Tien memang tengah hamil sedangkan kandungan saudarinya justru lenyap. Kaisar pun meminta maaf dan memohon agar Ong Tien dinikahi. Sang putri yang jatuh cinta lalu meminta izin untuk menyusul Sunan Gunung Jati. Kaisar pun mengizinkannya dan meminta para pengawalnya mengantar putrinya ke Jawa. Sunan Gunung Jati pun akhirnya menikahi Ong Tien. Sayang, Ong Tien meninggal pada usia yang masih sangat muda, 23 tahun dan dimakamkan di dekat makam Sunan Gunung Nabi MuhammadDikisahkan dari Channel Youtube Kisah Para Wali, Sunan Gunung Jati pernah bertemu dengan Nabi Muhammad atas petunjuk seekor naga. Kala itu ia yang merupakan putra Raja Mesir sedang sendirian di gedung perpustakaan fokus membaca Kitab Usul Kalam. Melalui bacaannya, ia termotivasi ingin berguru kepada Nabi Muhammad walaupun sejatinya, beliau sudah paham bahwa Rasulullah sudah wafat. Namun, kenyataan itu tak membuat Sunung Gunung Jati menyurutkan tekadnya. Lantas Sunan Gunung Jati meminta izin kepada ibunya. Namun, ibunya menasehatinya untuk mencari ulama lain. Sunan Gunung Jati tetap memaksa dan pamit untuk berangkat pada 5 Jumadil Awal 1466. Sang ibu hanya bisa menangis dan pasrah karena ditinggal putra kesayangannya. Di sebuah hutan, seekor naga besar menghadang perjalanan Sunan Gunung Jati dan bertanya, “Siapa kamu dan mau kemana?” Ia lalu menjawab bahwa dirinya sedang mencari Rasulullah. Sang Naga mengatakan bahwa jika ingin bertemu Nabi, maka berjalanlah ke arah barat menuju Pulau Majeti. Sunan Gunung Jati lalu mengikuti arahan naga, dan berhasil bertemu Nabi Muhammad pada 28 Rajab 1446 Masehi. Dalam perjumpaan itu, Nabi Muhammad menasehati Sunan Gunung Jati agar mematuhi perintah dan larangan Allah dalam Al Quran. Ia pun lalu berterima kasih atas nasehat dan pemberian dari Insan Kamil. Demikianlah beberapa kisah dan karomah dari Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati yang semoga bisa menjadi ibroh bagi kita.* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan. Sunan Gunung Jati dalam sejarah dikenal sebagai salah satu anggota Walisongo yang mendakwahkan Islam di bagian barat pulau Jawa. Selain sebagai sorang anggota Walisongo beliau juga merupakan Penguasa atau Raja Cirebon ke II. Sunan Gunung Jati hidup selama 120 tahun, dan lebih dari 90 tahun hidupnya dibaktikan untuk mensyiarkan Islam diseluruh tanah Pasundan. Lika-liku kehidupan Sunan Gunung Jati banyak diceritakan dalam naskah-naskah klasik milik kesultanan Cirebon, maupun milik masyarakat. Syukurnya dalam naskah-naskah tersebut memuat kabar mengenai sejarah perjalanan Sunan Gunung Jati dari lahir hingga kewafatannya. Oleh karena itu dalam artikel ini akan dibahas secara tuntas mengenai Sejarah Sunan Gunung Jati, dari lahir hingga Wafat. Kelahiran Sunan Gunung Jati Sunan Gunung Jati lahir di Mesir pada sekitar tahun 1402 Masehi, beliau merupakan anak dari pasangan Sultan Hud dan Dewi Rara Santang. Ayahnya merupakan penguasa Banisrail Mesir-Palestina, sementara ibundanya merupakan puteri Prabu siliwangi, seorang Raja dari Kerajaan Sunda. Baca Juga Biografi Sunan Gunung Jati Kisah kelahiran Sunan Gunung Jati dimulai dari kisah Dewi Rara Santang yang mendapatkan jodoh ketika sedang melaksanakan ibadah haji di Mekah. Ketika menikah dewi Rara Santang dikisahkan mengajukan syarat kepada calon suaminya, syaratnya adalah Dewi Rara Santang mau dinikahi dengan syarat apabila ia memiliki anak laki-laki, ia harus tinggal ke tanah leluhurnya Sunda untuk menyebarkan agama Islam disana. Syarat itu pun kemudian disanggupi oleh Sultan Hud. Berjalananya waktu, Dewi Rara santang mengandung, dan kemudian melahirkan seorang anak pertamanya yang ternyata berjenis kelamin laki-laki. Anak yang baru dilahirkan itu kemudian dinamai Syarif Hidayatullah. Baca Juga Kisah Perkawinan Dewi Rarasantang Dengan Sultan Hud Setelah kelahiran Syarif hidayatullah, bapaknya rupanya sangat sayang terhadap anaknya, pesta kelahiran Sunan Gunung Jati dikisahkan digelar dengan besar-besaran, meriam dibunyikan, bahkan pesta syukurnya digelar tiga hari tiga malam. Sunan Gunung Jati kecil menjadi anak yang beruntung, sebab selain putera seorang pembesar, beliau juga rupanya dicintai oleh ayahnya. bahkan saking cintanya ia lupa tentang janjinya dahulu untuk membiarkan Syarif hidayatullah hidup di Pulau Jawa. Setelah 2 tahun kelahiran Syarif Hidayatullah, dikisahkan Dewi rarasantang kemudian melahirkan lagi anak keduanya, yang kelak diberinama Syarif Nurullah. Pada umur 7 tahun syarif hidayatullah kecil dibawa oleh Bapaknya untuk berziarah ke makam Nabi di Madinah. Pada saat berziarah di makam Nabi inilah, Sultan Hud dikabaran mendapatkan wisik bahwa kelak anak itu akan mejadi Wali ditanah kelahiran ibunya. Barulah kemudian Sultan Hud ingat kemabali akan janjinya. Masa Kanak-Kanak Sunan Gunung Jati Pada umur 12 tahun, Syarif Hidayatullah ditinggal wafat oleh bapaknya, sebagai anak laki-laki pertama ia kemudian diangkat menjadi pewaris tahta. Masa kanak-kanak Sunan Gunung Jati dikisahkan dihabiskan dengan belajar, beliau dikisahkan sebagai anak yang gemar mengunjungi perpustakaan. Dari seringnya Syarif Hidayatullah membaca-baca buku di Perpustakaan, ia kemudian menemukan sebuah kitab langka, kandungan kitab langka itu dikisahkan membahas mengenai sosok Nabi Muhamad. Dalam kitab tersebut digambarkan mengenai kesejatian dan riwayat hidup Nabi Muhamad. Setelah sekian lama membaca kitab itu, Syarif Hidayatullah dikisahkan tertarik kepada kepribadian sang Nabi, ia ingin mecontoh Nabinya, dan karena terlalu mencintai dan mengagumi sosoknya, ia kemudian ingin berjumpa dengan sang Nabi. Ketertarikan dan keinginan Syarif Hidayatullah untuk bejumpa dengan nabi Muhamad itu kemudian diutarakan kepada ibundanya. Betapa terkaget-kagetnya Ibunda Syarif Hidayatullah mendengar rengekan anaknya yang ingin berjumpa dengan sang Nabi. Dewi Rarasantang kemudian memberikan penjelasan kepada anaknya bahwa Nabi Muhamad telah lama wafat dan dimakamkan di Madinah, jadi tidak mungkin bertemu dengannya. Setelah peristiwa itu, keinginan Syarif Hidayatullah untuk dapat berjumpa dengan Nabi Muhamad akhirnya dapat diredam oleh Ibundanya, diredam untuk beberapa waktu, sebab pada saat Syarif Hidayatullah memasuki usia remaja, keingininan untuk berjumpa dengan Nabi Muhamad ini rupanya timbul kembali. Masa Remaja dan Masa-masa menuntut Ilmunya Sunan Gunung Jati Pada sekitar umur 15-17 tahun, kecintaan Syarif Hidayatullah terhadap nabinya sudah memuncak, ia ingin mengembara mencari Nabi Muhamad, ia pun kemudian meminta izin kepada ibunya untuk mengemabara mencari Nabi Muhamad, kali ini Syarif Hidayatullah sudah pintar, ia sudah bisa berpendapat. Ia meyakinkan Ibunya, bahwa meskipun Nabi Muhamad telah wafat, tapi dia yakin jika Allah mengizinkan ia akan bertemu sang Nabi. Dengan terpaksa dikisahkan Ibundanya mengizinkan anak pertamanya itu untuk mengembara mencari Nabi Muhamad. Setelah mendapat bekal yang cukup, Syarif Hidayatullah remaja kemudian dikisahkan mengembara ke Zazirah Arab untuk mencari sang Nabi, dari satu tempat ke tempat ia cari ternyata sang Nabi tidak dapat ditemukan. Setelah 100 hari pengembaran, rasa letih Syarif Hidayatullah membawanya tertidur dibawah pohon rindang, dalam keadaan tidur itulah kemudian Syarif Hidayatullah muda masuk kedalam alam lain. Ia bertemu dengan Nabi Khidir, sang Nabi mengangkatnya menjadi Wali. Iapun kemudian dibawa oleh Nabi Khidir untuk menemui Nabi Muhamad. Syarif Hidayatullah kemudian berjumpa dengan Nabi Muhamad dalam alam itu, beliau diberikan nasihat oleh Nabi, sekaligus juga diperintahkan oleh Nabi agar melaksanakan Ibadah Haji dan mencari guru untuk belajar agama. Setelah perjumpaan dalam alam mimpi itu, Syarif Hidayatullah kemudian terbangun, dan merasa puas hatinya, karena telah berjumpa dengan nabinya. Setelah peristiwa itu, Syarif Hidayatullah kemudian dikisahkan melaksanakan Haji dan untuk selanjutnya berguru kepada para Ulama yang ada di timur tengah. Sebelum akhirnya beliau pulang ke Istananya untuk menjumpai Ibundanya. Masa Dewasa dan Pengembaraan Sunan Gunung Jati ke Cirebon dan Pasundan Setelah pulang dari Pengembaraan panjangnya, hingga ia menjadi seorang dewasa, Syarif Hidayatullah muda kemudian ditugaskan oleh Ibundanya untuk menyebarkan agama Islam ditanah Sunda, di tanah nenek moyangnya. Ibundanya berpesan agar apabila anaknya telah sampai di Pasundan ia diharuskan terlebih dahulu menemui pamanya Raden Walangsungsang di Cirebon. Syarif Hidayatullah kemudian berangkat dari Mesir menuju ke Pasundan, akan tetapi perjalananya itu rupanya terlebih dahulu mengantarkannya ke Pasai, di Pasai ia kemudian berguru pada ulama-ulama disana, sebelum akhirnya ia berangkat kembali ke tanah Jawa untuk melanjutkan perjalanannya. Cirebon kala itu sudah menjadi kerajaan otonom dibawah kekuasaan Pajajaran, Cirebon diperintah oleh Raden Walngsungsang yang sudah memeluk Islam. Ketika sampai di Cirebon, Syarif Hidayatullah kemudian menemui pamannya, dan mengungkapkan jati dirinya dihadapan pamanya bahwa ia anak Rarasantang, adik pamannya. Kedatangan Syarif Hidayatullah di Cirebon kemudian disambut baik oleh Pamannya, ia kemudian ditugaskan oleh Pamannya untuk menyebarkan Islam di Cirebon dan sekitarnya, maka setelah itu Syarif Hidayatullah kemudian menetap di Cirebon, dan terus berkeliling Cirebon untuk mengislamkan masyarakatnya dengan mendapatkan legitimasi dan fasilitas dari Kerajaan Cirebon. Dari seringnya Syarif Hidayatullah melakukan dakwah di pelosok-pelosok kampung, ia kemudian mendapatkan jodoh pertamanya, ia menikah dengan Nyimas Babadan, seorang Putri Ki Gede Babadan yang berhasil di Islamkannya. Baca Juga Nyimas Babadan Istri Pertama Sunan Gunung Jati Setelah berjalannya waktu, rupanya Pangeran Walangsungsang tidak juga mendapatkan anak laki-laki, maka oleh karena itu, ia pun mengawinkan anak kesayanganya Nyimas Pakungwati dengan Syarif Hidayatullah, dan untuk kemudian menyerahkan tahta Cirebon kepada menantu sekaligus keponakannya. Meskipun demikian setelah pernikahan keduanya Pangeran Walangsungsang keumudian dikisahkan memperoleh anak laki-laki. Sunan Gunung Jati diangkat Menjadi Sultan Cirebon Dua tahun setelah Syarif Hidayatullah menjadi penguasa Cirebon, kondisi perpolitikan di Pasundan kemudian berubah drastis, Kerajaan Sunda dikisahkan anti terhadap orang Islam, mereka dipengaruhi Portugis untuk membatasi keberadaan orang-orang Islam di Pasundan. Mendapati hal itu, maka untuk kemudian Cirebon memproklamirkan diri untuk merdeka dari Pajajaran, dan untuk kemudian mengadakan persekutuan dengan Kesultanan Demak. Selain menjadi Raja di Cirebon, Syarif Hidayatullah juga diangkat menjadi Dewan Wali Kesultanan Demak dengan tugas wilayah barat pulau Jawa. Sunan Gunung Jati Memerintah Kesultanan Cirebon Kendali pemerintahan Cirebon ditangan Syarif Hidayatullah dikisahkan sebagai masa keemasan Cirebon, lebih dari 60 tahun beliau memerintah Cirebon, dalam masa pemerintahannya itu, beliau membangun Cirebon secara besar-besaran, mulai dari membangun Istana, Masjid, Kota dan memperbaharui pelabuhan. Dalam masa Sunan Gunung Jati juga dikisahkan Cirebon mampu menaklukan Galuh, dan bahkan sukses menyebarkan ajaran Islam hingga menjadi agama yang banyak dipeluk rakyat pasundan, selain itu dalam masa beliau juga Cirebon bersama Demak berhasil menaklukan Sunda Kelapa dan mendirikan Kesultanan Banten di wilayah paling barat pulat Jawa. Istri dan Keturunan Sunan Gunung Jati Selama hidupnya Sunan Gunung Jati pernah memiliki 6 orang Istri, dari keenam istinya itu beliau kemudian memiliki 12 putera dan Puteri. Kelak keturunannya itu kemudian menjadi penguasa di Cirebon dan diluar Cirebon, turut juga menyebarkan Islam, sehingga Pasundan pada kemudiannya berubah menjadi negeri Islam. Yaitu suatu negeri yang mayoritas masyarakatnya memeluk ajaran Islam. Baca Juga Keturunan Sunan Gunung Jati dari Istri-Istrinya Detik-detik Wafatnya Sunan Gunung Jati Masa-masa sepuh Sunan Gunung Jati dihabiskan di Gunung Sembung, sementara pemerintahan diserahkan kepada menantunya Fatahillah, mengingat anak-anak Sunan Gunung Jati yang dinobatkan menjadi penggantinya telah wafat terlebih dahulu. Tepat pada umur 120 tahun, Sang Sultan sekaligus wali Cirebon menghembuskan nafas terakhirnya di Gunung Sembung, beliau wafat ditempat yang sederhana, dikishkan beliau wafat diatas bantal yang terbuat dari batu, sementara tikarnya terbuat dari daun Rundamala. Baca Juga Kisah Wafatnya Sunan Gunung Jati Demikianlah kisah mengenai Sunan Gunung Jati yang dikisahkan dibebrapa naskah Cirebon, semoga kisah di atas dapat menghilangkan dahaga keingin tahuan anda seputar sejarah Sunan Gunung Jati secara ringkas dan lengkap.

kisah sunan gunung jati dan nabi khidir